Tuesday, September 1, 2009
Tuesday, June 30, 2009
Ma,Izinkan dinda tuk jatuh cinta
Usai saja Dinda melaksanakan sholat dzuhurnya Berikutnya dia telah
tenggelam dalam kekhusyukan dzikir dan doa ba`da sholat. Tidak ingin mengurangi kesempurnaan,Dinda pun melanjutkan dengan ba`diyahnya Dzuhur,dua rakaat. Kemudian di ambilnya Al Qur`an kecil hadiah Mamanya ketika ulang Tahun nya yang ke dua belas. Belum dibukanya Al Qur`an itu,dinda sudah mulai bermuroja`ah dengan hafalan Qur`anya yang telah didapatkanya semenjak kelas satu SMP. Suara sayup-sayup dengan fasihnya tiap ayat Qur`an dibacanya.
Setelah selesai dengan muroja`ah satu juz nya,ditaruhnya Al Qur`an
tersebut dengan dilipatnya mukena dan dia beranjak dari musholla keluarganya itu dengan busana muslimah santai yang khusus dipakai rumah.Sambil merapikan kerudungnya, dia berjalan menuju dapur . Sang Bunda tampak sedang sibuk menyiapkan sesuatu."Assalamu`laikum, Mau bikin apama?"sapanya menyela kesibukan Mamanya. "Wa`alaikumsalam. Eh sudah sholat dzuhur sayang?",jawab Mamanya dengan senyum sayang, sayangnya kepada Dinda."Sudah ma",jawab dinda. "Sudah berapa juz tahfidznya?"tanya mamanya. Sambil menatap malu mamanya,dinda mengucapkan وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ sebagai jawaban kecil kepada mamanya. Sambil tersenyum bangga kepada putrinya itu, mamanya jg mengucapkan سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا . Subhanallah,suasana keluarga itu begitu Qur`ani. Tiap prinsip hidup mereka senantiasa dilandasi dengan Firman Tuhan nya yang begitu agung.Bahkan perkataan mereka pun terucap seperti kata suci yang telah lama diturunkan melalui Rasulnya itu.
Mama mau biikin apa?"Dinda mengulangi pertanyaanya yang belum
dijawab mamanya."Oh itu, Mama ingin buat kue Brownies kebetulan ini kesukaan Papa ",jawab Mamanya dengan tangan yang masih sibuk mencampurkan tepung dan coklat bubuk. Dinda merasa beruntung. Dalam Usia yang sudah menginjak senja,Papa dan Mamanya terlihat rukun."Setia betul Mama kepada papa",pikir Dinda.
Dimata Dinda Mamanya adalah figur sorang istri dan sosok ibu yang
baik. "Ehm, Mama dulu pacaran nggak sama Papa?" pertanyaan itu tiba-tiba meluncur mengikuti rasa penasaran Dinda akan kerukunan orangtuanya. Pertanyaan yang selama ini terpendam dan belum pernah sama sekali dia ungkapkan kepada Mama maupun Papanya.
"Iyya,emang kenapa sayang?",kata sang Mama yang tengah asyik
mengaduk adonan. "Apa kalo ingin rukun seperti Mama Papa saat ini harus pacaran dulu sebelum menikah?" tanya Dinda sambil menyiapkan tempat pengukusan.
"Eh, anak Mama kok penasaran banget sih ama masa lalu Mama dan
Papa. Eit, jangan-jangan....jangan-jangan....lagi....", tanya sang Mama sambil tersenyum menggoda. Dinda pun tak bisa menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, tersipu malu. Sedikit sesal muncul dihatinya. Mengapa dia tidak mampu menyembunyikan perasaanya saat ini?
Tapi,dia merasa berhadapan dengan orang yang tepat untuk berbagi.
"Lho, kok termangu gitu. Ada apa sayang?Cerita`in dong sama Mama!" Sejenak wanita itu terdiam menatap wajah putrinya dengan penuh kasih. Kemudian dia memasukkan adonan ke dalam loyang yang sudah dialas dengan kertas roti dan diolesi margarin. "Baik, bantu Mama ya menyelesaikan iini, nanti kita terusin lagi,"usulnya setelah putrinya tidak juga mengungkapkan isi hatinya.
Tak berselang lama aktivitas didapur antara ibu dan anak gadisnya
telah usai.Berikutnya keduanya telah sampai di meja makan dengan kue brownies yang sudah tertata di pinggiran. Dinda belum juga menyentuhnya. Aroma khas kue Brownies bikinan mamanya itu belum mampu mengusik seleranya di tengah galau hatinya saat itu.Setelah melapas celemek, wanita itu menempatkan dirinya di sisi putrinya. Dari samping ditatapnya darah daginya yang masih diam. Dia merasakan waktu begitu cepat berlalu. Dinda sekarang sudah menjadi gadis. Putri bungsunya itu kini sudah usia 19 Tahun,mahasiswi semester dua. Sementara kakaknya, semua laki-laki,tengah menempuh studi mereka di luar kota. "Ayo dinda sayang, cerita sama Mama. Kita khan sahabat?" sapanya memutus keheningan sesaat itu.
Dinda,menatap Mamanya sekilas. Kabut tipis keraguan menyeliputi
hatinya. Sesaat di himpunya kekuatan hati di hadapan wanita yang dia yakini sangat menyayanginya itu. Sekali lagi,ditatapnya sang Mamanya yang juga menatapnya dengan sesungging senyum lebut. Senyum yang mengahpus kabut keraguan hatinya. "Mama,Dinda mengagumi seorang ikhwan dari satu Universitas."Akunya lega. Lega rasanya bisa mengucapkan kalimat yang demikian sulit di ungkapkan dekat Mamanya.
Ada getar-getar halus dalam hati wanita itu. Tapi, pengalaman hidup
nya selama ini menguatkan hatinya untuk tetap terlihat wajar. Digenggam lembut jemari tangan kiri putrinya,kemudian dia bertanya,"Sayang,tentu ada alasanya kan? Dia cakep,dia baik,pinter atau kenapa?"
Nggak tau Ma,dia cakep apa nggak.Tp emang g jelek sih".jawab Dinda
malu-malu."Tapi kalo agamanya iya ma"katanya agak lancar. Agak berkurang beban yang menindih perasaanya.
"Dinda suka sama dia?"Mamanya mencoba menebak. Dinda terdiam
lagi sesaat. Dia tidak bisa mengucap apa-apa. Pertanyaan Mamanya terasa langsung menonjok hatinya
"Nggak taulah,ma.Dinda hanya merasa kagum sama dia hanya suka
sekali sholat berjamaah di Musholla. Hafalan beliau yang lancar dengan fasih mengucapkan setiap bait ayat-ayat Allah menjadikan Dinda sering teringat dia. Dan...." Dinda tidak mampu menuntaskan kalimatnya. Ada rasa malu terhadap Mamanya. wanita itu terdiam sejenak. Tatapanya belum terlepas dan putrinya yang menunduk. Lalu dipeluknya bahu putrinya. "Dia pernah mengungkapkan perasaanya sama Dinda?" bisiknya. Dinda menggelengkan pelan kepalanya.
"Mama,apakah ini yang namanya jatuh cinta?"tanya Dinda. Giliran
wanita itu yang merasa tertohok batinya. Meski sudah menyadari apa yang terjadi pada anaknya,tak urung dia agak terkejut dengan pertanyaan puterinya.
Sejenak dia terdiam. Pikiranya melayang masa lalu. Masa muda yang
dijalaninya dengan pergaulan yang umum terjadi pada anak remaja yakni pacaran. Beberapa kali dia berganti teman khusus.
Perjalanan waktu telah membawanya memasuki gerbang rumah tangga
yang tidak terlepas dari proses pacaran itu. Waktu itu, dia dan laki-laki yang sekarang menjadi ayah dari anak-anaknya meyakini bahwa itulah salah satu cara yng menjamin tercapainya kebahagiaan.
Namun,itu padanganya dulu,sebelum dirinya mendapat hidayah dari
Allah tuk menekuni agama. Berbagai pengalaman pahit pernikahan dikala anak-anaknya masih kecil telah mengantarkannya dan suaminya untuk lebih dekat kepada Allah. Anugerah besar senantiasa disyukuri hingga kini. Setelah mengenal islam lebih dalam,banyak hal termasuk cara-cara hidup yang tidak benar diketahuinya. Dia dan suaminya juga merasa menyesal dengan apa yang terjadi dimasa lalu. Sesal yang seringkali menghantuinya terutama kalau sudah melihat putra-putrinya yang sudah beranjak remaja. Kekhawatiran putra-putrinya akan melakukan cara yang tidak Islami seperti dirinya dulu.
Andaikata mungkin,ingin dihapusnya masa lalu itu. Tetapi jarum sang
waktu tak mungkin diputar ulang kembali. Yang lalu tak akan bisa diperbaiki. Yang bisa dilakukan sekarang adalah memperbaiki apa yang ada saat ini dan saat nanti. Saat ini, ya....saat ini,hal itu terjadi pada putrinya. Dia mengalami dilema harus menjawab persoalan yang dulu pernah dilakukanya,dan anaknya tahu akan hal itu. Namun, dia dan suaminya telah menancapkan komitmen untuk hidup secara islami. Disisi lain, dirinya juga harus bersikap bijak kepada putra putrinya. "Mama,apa itu boleh?"sekali lagi pertanyaan Dinda yang lembut menyentak lamunannya.
Dicobanya menghimpun kekuatan ruhiyahnya dihadapan putri satu-
satunya. "Jangan terjadi kesalahan tuk kedua kalinya. Biarlah aku dan suamiku saja yang mengalaminya tapi jangan anak-anaku,"bisik batinnya. "Sayang, andaikata Mama masih hidup dengan cara dimasa lalu sebelum mendalami islam, mungkin Mama akan katakan itu boleh",tuturnya tetap dengan suaranya yang lembut. "Tapi saat ini, Mama sudah merasakan indahnya pertolongan Allah, sehingga tidak hidup seperti masa lalu. Dan Mama merasakan anugerah yang begitu besar itu pada kehidupan Mama dan Papa saat ini." Mama ingin anugerah itu juga menyinari anak-anak Mama.
Alhamdulillah,Mama amat bahagia karena anak-anak Mama baik-baik,
smoga termasuk anak yang shalih dan shalihah. taat menjalankan agama. Mama dan Papa harus menjaga hal itu. Mama takut tidak bisa menjalankan perintah Allah. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا "wahai orang-orang yang beriman jagalah dirmu dan keluargamu dari api nerakan"(QS. At-Tahrim:6)"
Namun,Mama tidak bisa menghalangi perasaan anak Mama atau
siapapun untuk jatuh cinta. Itu manusiawi.Hanya saja,itu harus dikendalikan. Tidak boleh dituruti. Agar kita tidak terlarut didalamnya. Apalagi kalau temen Dinda punya perasaan yang sama. Andaikan itu benar, Mama sangat berharap dia adalah pemuda yang shalih sehingga mampu menahan diri. Dan Mama tentu juga lebih berharap lagi agar anak Mama adalah gadis shalihah yang juga mampu menahan diri. Lagian, Dinda kan masih semester dua,hafalan Qur`anya juga masih belum banyak,masih banyak ayat-ayat Allah yang musti dipahami dan dihafal.
Masih perlu menggali ilmu sebanyak-banyaknya. Kalau Dinda kagum
sama kebaikan dan keshalihanya, Dinda tentu tegar dan pasrahkan semuanya pada Allah. InsyaAllah nanti jika sudah waktunya akan ketemu dengan yang shalih juga. Mungkin juga temen Dinda itu. Bukan sebagai pacar, tetapi sebagai pasangan hidup yang sebenarnya.
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)".(QS. An-Nur:26)".
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)".(QS. An-Nur:26)".
"Iya kan sayang?"wanita itu merasa lega bisa berterus terang kepada
putrinya.Dia merasa harus menyampaikanya. Sementara Dinda diam dengan kepala tertunduk. Sudah diduganya, Mamanya akan bersikap seperti itu.
Hanya tempaan agama yang diterimanya selama ini masih memberikan
nya seberkas cahaya di hati dan pikiranya untuk mencoba menerima dengan keikhlasan segala ucapanya Mamanya. Meski tidak mudah. Banyak ganjalan yang harus di singkirkan.
Dan ganjalan itu ada di dalam dirinya, dalam hatinya. Dia harus bekerja
keras untuk itu. Ya, aku tidak boleh merusak diriku dan komitmenku selama ini terhadap Islam. Aku juga ingin diriku dan seluruh keluargaku, Mama, Papa, dan kedua kakakku sebagai keluarga yang bahagia karena menempuh jalan Islam. Apalagi aku ingin punya suami yang sholeh, Tahfidznya yang lebih baik dariku agar nanti, aku dan anak-anakku bisa bisa ditarbiyah olehnya, seperti ayah idaman Al Quran,Luqman dan Ibrahim, yang mentarbiyah anak dan istrinya.
Hmm,ku mencoba berseru, memanggil Cahaya yang mampu menuntun
ku itu,yang tlah melepaskanku dari gelapnya hariku yang slama ini setia menemaniku. Dan kini cahaya itu ada. Aku mencoba berlari mengejarnya tapi aku takut. Aku takut salah mengartikan arti kehadiran cahaya itu. "Ya Allah, janganlah Engkau cemburu dengan perasaan ini, tunjukkanlah dinda kejalanMu, jalan yang Engkau himpun bersama para Nabi-Nabi Mu,syuhada` dan ,jalan hambaMu yang Sholeh. Kupasrakan semuanya padaMu ya Alah, pertemukanlah dinda nanti dengan seorang yang lebih mengerti tentang diriMu, Amiin...".
Demikianlah kisah itu digambarkan dalam sebuah untaian mata pena.
Tintanya yang putih, yang tergoreskan pada indahnya awan putih melalui sebentuk langit biru, dan sang kupu pun turut mengipaskan sayapnya yang begitu anggun.Dengan disaksikan sang Matahari yang menatap peluh, yang turut mendoakan agar rahmat dan keberkahanNya masih bersama dalam silaturrahim kami, masih mewarnai setiap untaian kata yang saling kami sampaikan yang akan mengiringi setiap cinta dalam detak jantung dan helaan nafas kami, hingga semua yang kita dzhahirkan murni karenaNya dan selalu dalam ridhaNya. Amiin....
enggan hati yang sayup ini untuk berkata sesungguhnya, hanya
lewat hembusan angin pagilah rasa
ini mampu kusampaikan
zuhud dan
amanah daku titipkan seberkas kasih ini padamu
lewat hembusan angin pagilah rasa
ini mampu kusampaikan
zuhud dan
amanah daku titipkan seberkas kasih ini padamu
Label:
Tentang Cinta
Subscribe to:
Posts (Atom)